BLOG ABDULLAH AKBAR
♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥

Pages

Powered By Blogger

Links

11
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA
bagaimana menjadi seorang Jurnalis..??

Jurnalis atau wartawan maksudnya adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan.

Tugas pokok seorang jurnalis adalah melaporkan fakta dan menyampaikan pendapat, tanggapan atau reaksi sumber beritanya secara cepat, ringkas dan tepat, artinya secara sederhana dengan menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti.

Untuk melakukan tugas pokoknya dengan baik, dasar pertama yang harus dimiliki jurnalis adalah bakat dan rasa ingin tahu. Bakat dan rasa ingin tahu itu harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa.

Syarat lainnya, bahkan ada yang mengatakannya sebagai yang utama adalah: VITALITAS. Vitalitas seorang jurnalis diuji dalam proses penulisan berita, dengan mengerjakan yang biasa-biasa saja dengan cara yang luar biasa. Sedang-sadangpun kecerdasannya, asalkan vitalitasnya tinggi, seorang reporter akan bisa menjadi jurnalis yang handal.

Disamping vitalitas, hal lain yang perlu disiapkan adalah mental:
1.Berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan
2.Berjiwa ksatria dan bertanggungjawab
3.Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
4.Terbuka dan mudah bergaul
5.Pantang menyerah
10
10
9
9
8
8
7
7
6
6
5
5
3
3
2
jurnalis adalah dunianya dunia...apa itu jurnalistik??

buat tmn" yang ingin menjadi seorang jurnalis dan blm mengerti apa itu arti dari jurnalistik ada baiknya membaca artikel ini,,

Pengertian atau definisi jurnalistik sangat banyak. Secara etimologi, jurnalistik berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik. Jurnal berasal dari bahasa Perancis, jounal, yang berarti catatan harian. Dalam bahasa Latin, juga ada kata yang hampir sama bunyi dan upacannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung arti hari ini.

Pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar berkuasa, dikenal istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian).Kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan.
Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan, seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik.
Hasil seni dan atau keterampilan dimaksud mengandung nilai-nilai yang bisa diminati dan dinikmati manusia pengagumnya, karena keindahan tersebut mengandung makna yang luas, serta mencakup sifat-sifatnya yang obyektif dan subyektif.


Dengan demikian secara etimologis jurnalistik dapat diartikan sebagai “suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari”. Karya seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya (pembaca, pendengar, pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.


secara lebih luas, pengertian atau definisi jurnalistik adalah “seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuaia dengan kehendak para jurnalisnya”.

bila sudah membaca artilel ini dan sudah dapat memahami apa itu jurnalistik semoga tmn" semua bisa menjadi seorang wartawan yang handal dalam mencari sebuah berita dan jangan lupa juga harus memenuhi 5w+1h agar berita yang kita cari dapat terinformasikan kepada khalayak dengan baik. Dalam mencari sebuah berita gunakan kata" yang mudah dicerna oleh khalayak agar khalyak dapat memahami berita yang kita informasikan.
1
1
niih teknik menjadi wartwan wajib dibaca bagi kamu yang punya bakat di dunia jurnal...!!

Bentuk Wawancara

Berdasarkan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan, wawancara dapat dibedakan atas tujuh macam:
1.Man in the street interview
2.Casual interview
3.Personality interview
4.News interview
5.Telephone interview
6.Prepared question interview
7.Group interview

Man in the street interview
Menanyai orang-orang di jalanan, untuk mengetahui tanggapan dan pendapat khalayak terhadap peristiwa tertentu.
Orang-orang yang ditanyai/tanggapan tidak ditentukan, tetapi dipilih secara acak. Kelemahan dari wawancara jalanan ini adalah sempitnya waktu untk mengajukan pertanyaan serta untuk memberikan kejelasan. Dengan demikian reaksi yang diwawancarai akan dangkal pula, karena keterbatasan waktu.
Unti lebih amannya dari tuduhan mengada-ada sebaiknya menggunakan recorder waktu wawancara serta kamera, sebab yang diwawancarai sulit ditemukan kembali untuk re-checking.

Casual interview
Adalah wawancara yang dilakukan secara mendadak atau mendesak, atau wawancara yang dilakukan lantaran kebetulan bertemu dengan nara sumber yang relevan dengan masalah yang tengah aktual.

Personality interview
Atau wawancara mengenai pribadi seseorang yang ditokohkan. Biasanya dimuat dalam bentuk profil, tokoh siapa dan mengapa yang menonjolkan sikap dan pandangannya yang patut dijadikan contoh yang baik oleh khalayak.
Wawancara pribadi juga bisadilakukan terhadap orang yang menunjukkan keluarbiasaan, aneh dan bertingkah eksklusif.

News interview
Adalah satu bentuk wawancara yanbg paling banyak digunakan jurnalis dalam mengumpulkan fakta yang akan disiarkan, baik sebagai sumber berita, maupun untuk mendapatkan suatu konfirmasi atas fakta lainnya.
Biasanya, wawancara berita ini dilakukan untuk mendapatkan bahan berita langsung (straight news) sesuai dengan penetapan jadwal berita (news schedule).

Telepohone interview
Telephone interview adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan telepon, sering digunakan untuk berita-berita yang sangat mendesak deadline. Atau yang sering kita lihat akhir-akhir ini di televisi wawancara dengan nara sumber langsung dilakukan pada saat siaran berlangsung.
Kelemahan interview ini, tidak bisa mengetahui reaksi dan mimik air muka yang diwawancarai.

Prepared question interview
Adalah wawancara yang sering digunakan mass media untuk memperoleh tanggapan dan pendapat terhadap hal-hal yang rumit, menyangkut data-data, dan menyangkut disiplin keilmuan.
Untuk jenis ini, daftar pertanyaan dipersiapkan dan ditulis terlebih dahulu kepada nara sumber atau dikirimkan melalui pos atau kurir. Saat nara sumber menjawab pertanyaan yang mewawancarai tidak perlu hadir.
Wawancara tertulis ini akan memberikan waktu yang cukup kepada nara sumber guna mempertimbangkan dan memberikan jawabannya.

Group interview
Group interview adalah wawancara antara serombongan jurnalis dengan sekelompok nara sumber, bisa juga disebut symposium.
Wawancara seperti ini biasanya dimulai dengan sejenis konferensi pers yang kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan sekelompok sumber (ahli) dan jurnalis juga terdiri atas beberapa media.

August 29th, 2008 in Jurnalistik, Kaderisasi |
Teknik Wawancara

Wawancara (interview) adalah salah satu cara wartawan untuk mendapatkan berita besar secara eksklusif, yakni berita yang tidak bisa dimiliki oleh media lain.
Sebelum melakukan wawancara, seorang jurnalis harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, agar wawancara berlangsung dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
Antara lain:
1.Tentukan sasaran/topik yang akan ditanyakan. pelajari juga latar belakang dari nara sumber.
2.Pelajari sebanyak mungkin segala sesuatu yang menyangkut topic yang hendak diajukan kepada nara sumber.
3.Siapkan semua alat bantu yang dibutuhkan (buku catatan, pena, kamera, dan sebagainya).
4.Setelah menetapkan topik atau masalah yang hendak ditanyakan, kita sebaiknya menuliskan daftar pertanyaan, fakta-fakta, atau pandangan yang akan dikorek dari nara sumber.

August 24th, 2008 in Jurnalistik, Kaderisasi |
Alat Kerja Jurnalis



Menulis berita membutuhkan alat pembantu, agar dapat merekam peristiwa, gejala atau kejadian/fakta di lapangan .
Yang biasa digunakan:
1.Kamera
Penggunan kamera di lapangan harus memperhitungkan sudut pemotretan, serta kelihaian sendiri untuk objek yang sulit/tidak mau dipotret.

2.Pena dan buku catatan
Meski sudah menggunakan tape recorder, buku catatan diperlukan untuk membantu melihat bagain-bagian penting dari rekaman, disamping catatan sulit terhapus.

3.Tape recorder
Pada waktu wawancara tape sangat membantu mempertahankan suasana akrab karena tidak terganggu dengan mencatat penyataan sumber.

4.Telepon/ Telegram/Fax/Telex
Telepon dan alat komunikasi lainnya dibutuhkan saat kita di lapangan, untuk tetap up date berita kondisi dengan nara sumber atau tempat dimana kita bekerja.

5.Alat transportasi
Pada wilayah-wilayah tertentu alat transportasi adalah kebutuhan vital. Ada kalanya seorang jurnalis membutuhkan kendaraan, bahkan menyewa untuk sampai ke sebuah tujuan peliputan.

6. Bahasa (daerah, asing atau penterjemah)
Kesulitan sering timbul jika nara sumber tidak bias berbahasa seperti bahasa yang kita kuasai, dalam hal ini dibutuhkan penterjemah.

August 16th, 2008 in Jurnalistik, Kaderisasi |
Teknik Peliputan

Wilayah Liputan
Keberhasilan seorang jurnalis, disamping kemampuannya menulis berita, ditentukan pula oleh keterampilannya menemukan fakta berita, juga kemampuannya menyesuaikan diri dengan situasi di lapangan.

Berdasar kepada situasi dan objek yang diamati, dapat dibedakan atas wilayah liputan:
1.Manusia dan situasinya
a.Alam terbuka; pasar, perjalanan, tempat kerja, tempat hiburan, tempat upacara, dan lain-lain.
b.Ruang tertutup; upacara, rapat, pengadilan, rumah sakit, tahanan, kantor, dan lain-lain.
2.Alam dan gejalanya
Indah, subur, gersang, gunung, banjir, longsor dan sebagainya.
3.Binatang
Binatang peliharaan, sumber penyakit menular, kebun binatang, dan sebagainya.

Setelah mengetahui wilayah dan sudut berita langkah selanjutnya kita siapkan rencana, antara lain:
jenis berita dan dampak yang diharapkan, tempat atau sumber berita dan jumlah sumber yang berkaitan/berelasi menentukan alat-alat yang dibutuhkan menghitung jumlah biaya yang harus disediakan
memperkirakan jumlah waktu yang disediakan.

Rencana-rencana diatas akan sangat membantu menggambarkan secara keseluruhan tentang hasil, situasi dan keadaan yang bakal dihadapi di lapangan, membayangkan kendala-kendala yang mungkin ditemukan dan cara-cara mengatasinya.

Liputan Lapangan
Ketika berada di lapangan mengadakan observasi, jurnalis akan merekam peristiwa atau fakta yang ditemukan tersebut secara teratur, sesuai dengan rencana berita.
Disini kita dituntut untuk menggunakan seluruh alat indera; mata, telinga, hidung, kulit, lidah serta intuisi.
Seluruh fakta tersebut disimpan dan diendapkan untuk kemudian direproduksi kembali dalam bentuk tulisan (berita).

Ketelitian sangat dibutuhkan untuk menangkap fakta. Ketidaktelitian akan menimbulkan efek yang buruk, baik ketika menyusun berita ataupun setelah berita disiarkan.

August 2nd, 2008 in Jurnalistik, Kaderisasi |
Menulis berita

PEG (SUDUT BERITA)
Menulis berita dengan baik hanya mungkin setelah lebih dahulu memastikan sudut berita. Dan prasyarat liputan yang terarah ialah memastikan sudut berita sejak kita berada di lapangan.

LEAD (INTRO)
Setelah sudut berita, kegiatan selanjutnya adalah menentukan Lead atau Intro. Dalam beberapa buku, lead diartikan dalam banyak arti, seperti Amerika menyebutnya lead atau nose; Inggris menyebutnya intro.
Lead sangat penting. Ingat, lead adalah awal cerita, suatu janji kepada pembaca mengenai apa yang terjadi mendatang. “ Tiga detik dan pembaca akan menentukan untuk membaca atau pindah ke cerita lain. Itulah seluruh waktu yang ada bagi kita untuk menangkap pandangan selintas pembaca dan menahannya,” kata Donal Muras dalam bukunya Writing for your readers.
Waktu sangar berharga bagi pembaca. Mereka akan memutuskan untuk mulai membaca atau pindah. Bila mereka mulai membaca, banyak diantaranya hanya sepintas. Dua sampai empat paragraf.

Selanjutnya kita akan membahas beberapa jenis lead atau intro, termasuk lead peg, yang biasa digunakan dalam Reportase Dasar atau Straight News. Patut diingat, bahwa kita tak mungkin menentukan Lead atau Intro, tanpa lebih dulu memastikan Sudut Berita. Sama halnya dengan tak mungkin memastikan Sudut Berita tanpa lebih dulu mencek Jalan Cerita, dan seterusnya.

Lead, atau dalam bahasa Indonesia bias diterjemahkan menjadi teras berita, terletak di alinea atau paragraph pertama. Lead merupakan bagian dari komposisi atau susunan berita, yakni setelah judul berita (head) dan sebelum badan berita (news body).

Lead umumnya disusun dalam bentuk:
Summary lead atau conclusion lead (teras berita yang menyimpulkan dan dipadatkan).
Contoh: Gubernur Jawa Timur, sabtu (2/6), mengunjungi pasien gawat darurat akibat angin puting beliung di Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.

Statement lead (teras berita berupa pernyataan).
Contoh: Kepala menegaskan, pemerintah akan bertindak tegas terhadap pelaku peledakan Bom II di Bali yang mengakibatkan tewasnya beberapa warga.

Quotation lead (teras berita kutipan).
Contoh: “ Kami akan menampilkan aksi panggung yang berbeda dalam pergelaran nanti malam,” demikian dikatakan The Same kemarin, menanggapi keluhan fans yang menganggap mereka tidak pernah berubah.

Contrast lead (teras berita kontras).
Contoh: Bogor, yang berjuluk kota hujan, untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir ini dilanda kemarau. Warga mersakan kesulitan mendapatkan air bersih.

Exclamation lead (teras berita yang menjerit)
Contoh: “ Tidak…!” demikian teriak histeris terdakwa AP, mendengar putusan hakim yang memvonisnya dengan hukuman mati.

PWI Pusat mengeluarkan sepuluh pedoman mengenai penulisan teras berita:
1.Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea pertama dapat terdiri dari satu kalimat atau lebih, akan tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi tiga kalimat.
2.Teras berita jangan mengandung lebih dari 30-45 kata.
3.Teras berita harus ditulis semenarik mungkin dan sebaik-baiknya, sehingga:
mudah ditangkap dan cepat dipahami.
kalimatnya singkat, sederhana, susunan bahasanya memenuhi prinsip ekonomi bahasa, dan menjauhkan kata mubazir.
satu gagasan dalam satu kalimat.
dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 5W+1H.

4.Hal yang tidak mendesak, berfungsi sebagai pelengkap, hendaknya dimuat dalam badan berita.
5.Teras berita lebih baik mengutamakan unsure “apa” (what).
6.Teras berita juga dapat dimulai dengan unsure “siapa” (who). Tetapi, bila unsur siapa itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat pada badan berita.
7.Teras berita jarang menonjolkan unsur “kapan/bilamana” (when), kecuali bila unsure itu punya makna khusus dalam berita itu.
8.Bila harus memilih dari dua unsure, yakni unsur tempat (where) dan waktu (when), maka pilihlah unsure tempat dulu, baru waktu.
9.Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan berita, tidak dalam teras berita.
10.Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead), asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea berikutnya, tulis nama orang itu, tempat, serta waktu dia membuat pernyataan itu.

BADAN BERITA (BODY)
Setelah menentukan Lead, kita menginventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu Jalan Cerita dari Peristiwa yang hendak kita laporkan.

Lead dan badan berita dipisahkan oleh sebuah jembatan, yakni kalimat peralihan yang mempermanis bergesernya pokok pikiran dari inti berita ke jalan cerita. Dengan lead yang baik, pembaca sudah tertarik perhatiannya, bukan oleh kepala beritanya saja, tetapi juga oleh kata-kata pertama dari kalimat pertama dalam lead itu.

Pilihan kata tidak bias sembarangan. Jangan sekali-kali memulai lead dengan kalimat: “sebagaimana pernah kita kabarkan..” Sebab sesuatu hal yang pernah dikabarkan bukanlah hal baru lagi. Juga bila kita memulai lead dengan kalimat: “ Menyambung berita tentang..”. Sebaiknya, mulailah segera dengan beritanya baru kemudian jelaskan bahwa berita itu adalah sambungan dari berita sebelumnya. Lead yang paling buruk adalah yang didahului dengan kalimat: “ Sebagaimana diketahui..”. Sesuatu yang sudah diketahui, tidak perlu diberitakan lagi.

Tahapan berikutnya adalah menata Badan berita. Yang harus diingat bahwa kita sebaiknya menempatkan hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakan berita. Mulailah dengan berita yang penting dan akhiri dengan berita yang kurang penting. Ini disebut dengan model Piramida terbalik.

PENUTUP BERITA
Setelah menyelesaikan bagian tubuh berita, akan terlihat rangkaian fakta yang rinci dan terang yang hendak disampaikan. Namun bentuk berita akan terlihat sepenuhnya, jika penutupnya telah ditulis.

Paragraf terakhir dari sebuah tulisan, sekaligus akan menjadi penutup. Kalau dalam penulisan berita umumnya berbentuk piramida terbalik, isi alinea terakhir adalah hal-hal yang tidak begitu penting, kalau dipotong oleh redaktur tidak akan mengganggu berita secara keseluruhan.
Manusia dengan kesibukannya....
Tak..tuk..tak..tuk.. derap langkah kaki para pegawai bank. Sedikit menghiasi suasana pagi hari. Sree..sree.. bunyi mesin penghitung uang. Senyum berkembang. Ada juga yang bersungut masygul tak jelas sebabnya. Hilir mudik seperti orang yang mencari pemberhentian. Bunyi dering telepon, deru keybroad computer. Semuanya menyatu dalam sebuah kesibukan. Biasa, hari ini hari senin. Semua orang, di hari ini pasti akan sibuk. Aku sendiri sibuk dengan menulis laporan dan sibuk duduk diatas sofa menunggu orderan tugas hari ini.

“tiket no 005 counter 2..” suara wanita yang tak pernah lelah memanggil nasabah satu persatu. Mungkin karena ia sudah begitu tugasnya. Lagi pula suara wanita itu hanya sebuah mesin penjawab. Lantas mengapa harus suara wanita yang terekam. Mengapa tidak suara anak kecil ataupun suara pria. Tidak ada capeknya. Memanggil pelan-pelan semua nasabah yang datang kemeja teller. Satu persatu nasabah datang menyambangi teller. Ada yang berwajah bingung, takut, cemas, marah, mungkin saja karena dia harus menarik uang yang telah lama ditabungnya. Ditarik sampai habis untuk mengurusi sesuatu hal karena sebuah sikapnya sendiri.

Ada pula, yang berdiri di depan teller dengan wajah penuh ceria, bangga, senang, dan bahagia. Bahkan sampai menahan haru. Seolah-olah begitu leganya karena berhasil menabung. Menyisihkan sebagian dananya lalu menyimpannya. Untuk masa depan yang lebih baik. Mungkin saja suatu hari nanti, dimana pada hari itu ia benar-benar membutuhkannya. Digunakan untuk sebuah keperluan yang akan melapangkan dirinya.

Mungkin, sejenak inilah penggambaran manusia dengan kesibukannya. Ada yang didalam kesibukannya dia malah menghabiskan semua pemasukannya. Ada yang ditengah kesibukannya ia berusaha sekuat mungkin untuk menabung dan menyimpan sesuatu. Dengan berbagai rasa bergelayut pada dirinya. Ada yang begitu tenggelam didalamnya. Mereka berenang melawan arus, mencari sebuah titik pemberhentian terakhir. Ada yang begitu sibuk menumpuk harta sehingga lupa beramal. Ada yang berusaha pelan-pelan mengumpulkan segala amal kebaikannya. Sehingga ia bisa tersenyum diakhir cerita.

Tanpa pernah bisa disadari, seringnya khilaf yang terjadi membuatnya menjadi rugi. Seperti uang yang disimpan bertahun-tahun harus hilang tak bersisa untuk sebuah konsekuensi dari tindak tanduk sikap. Semakin banyak khilaf, semakin banyak yang ditarik. Ludes. Jika khilaf ibarat kata adalah sebuah kesalahan dalam diri. Maka uang diibaratkan menjadi sebagai buah dari sebuah kebaikan. Semakin banyak kebaikan dan amal maka semakin banyak “uang” yang terkumpulkan. Maka, bisa jadi, sebuah sikap atas sebuah keadaan bisa menghabiskan semua simpanan uang yang ada. Ludes tak bersisa. Sia-sia. Atau malah sebaliknya. Tatkala pelan-pelan berusaha mengumpulkannya. Berjuang menahan sedikit hawa nafsu. Menahan emosi dalam hati dan diri. Hingga akhirnya tersimpanlah uang itu untuk sebuah masa depan yang lebih baik.

Seringnya diri ini lupa, bahwa amal baik bisa luntur oleh keburukan. Keburukanpun demikian. Luntur seiring beramal baik dan berkelakuan baik. Keburukan yang melunturkan kebaikan, ibarat kata kita menarik uang untuk berfoya-foya. Tak akan ada lagi yang bisa diandalkan jika suatu hari diri sendiri sakit keras. Atau ada saudara yang membutuhkan bantuan. Semuanya sudah habis tak bersisa juga sia-sia. Keburukan yang gugur perlahan dengan segala kebaikan amal dan sikap. Berbuah manis disuatu hari. Suatu hari tatkala ingin merenovasi rumah, memasukkan anak kedalam pesantren ternama. Atau malah ingin naik haji dengan kekasih tercinta. Indahnya. Ini semua tentu saja tak mudah. Ada pengorbanan. Ada budget yang harus dicontrol, ada emosi yang harus dimanage, ada hawa nafsu yang harus diredakan. Ada pula sampai pada rasa percaya dalam mengelolanya sampai akhirnya kebaikan dan keindahan itu di dapat dan diraih.

Merugilah diri ini, tatkala keburukan berbuah keburukan serta meluluhkan semua kebaikan. Menghilangkan satu persatu amal baik yang bisa mengantarkan sebuah keindahan yang nyata. Kepada Tuhan Yang Maha Indah. Sungguh, beruntunglah mereka yang berguguran keburukannya dengan amal baik yang dilakukannya. Menabungnya pelan-pelan. Hingga akhirnya keluar sebagai seorang yang kaya. Dunia dan akhirat. Wallahu`alam.
ketika kepintaran tidak berguna.....!!!
Profesi sebagai pembicara publik dan konsultan, kadang mirip psikolog dan dokter. Begitu orang tahu profesi kita, langsung saja orang menghadang dengan sejumlah pertanyaan. Kalau kebetulan pertanyaannya berkisar di sekitar bidang keahlian kita, tidak apa-apa, semuanya aman dan lancar. Namun, banyak orang yang tidak bisa membedakan, mana pertanyaan yang tepat buat konsultan manajemen, ekonom, pakar ilmu sosial dan politik, atau yang lain.

Saya pernah ditanya proyeksi nilai dolar terhadap rupiah, kapan ekonomi recovery, kapan kerusuhan berakhir, siapa yang akan jadi presiden mendatang, apa yang terjadi bila Mega Wati kalah, sampai dengan skandal bank Bali yang menyeret sejumlah elit politik.
Tentu saja seluruh kepintaran yang saya miliki tidak bisa menghasilkan jawaban yang memuaskan. Terutama karena berada di luar bidang keahlian yang saya tekuni. Namun, yang namanya klien, peserta seminar, atau peserta kursus, banyak yang tidak mau tahu. Merasa diri membayar, maka saya harus menjawabnya dengan memuaskan.

Di sinilah orang memerlukan lebih dari sekadar kepintaran. Di titik-titik tertentu, kita tidak memerlukan kepintaran. Dalam keadaan lain, kepintaran malah menghadirkan petaka.

Bagi mereka yang mengagungkan sekolah lengkap dengan kepintarannya, mungkin argumen saya amat berlebihan. Namun, setelah lama malang melintang di dunia praktek, kepintaran bukanlah segala-galanya. Agar seimbang, serta sampai pada sasarannya, kepintaran malah memerlukan pengelola. Secara lebih khusus, agar tidak liar tak karuan. Atau, menjadi musuh karir bagi siapa saja yang tidak bisa mengelolanya.

Sejumlah anak muda pintar yang baru tamat sekolah, orang tua yang amat close minded dengan kepintaran dan pengalamannya, atau pemimpin yang tidak punya hal lain selain bersikap sok pintar, adalah contoh-contoh spesies manusia yang dikelola oleh kepintarannya. Untuk kemudian, menjadikan kepintarannya sebagai senjata yang ditodongkan ke tubuhnya sendiri.
Dalam kasus terakhir, kepintaran menjadi sumber petaka. Tidak berlaku pepatah yang berucap knowledge is power. Yang benar, knowledge is enemy.
Karena demikian seringnya berinteraksi dengan banyak orang, setahun bisa mangajar di depan lebih dari seratus ribu orang, saya merasakan sekali batas daya bantu dari kepintaran. Kalau saya hanya memiliki kepintaran untuk dipamerkan, barangkali hanya mampu jadi manusia sombong yang dimusuhi banyak orang.

Pengalaman saya bertutur, tubuh kita mengalami gelombang pasang surut mirip dengan cuaca. Meminjam analogi cantik dan menarik sebagaimana pernah dibuat Huanchu Daoren dalam Back To The Beginning, fikiran yang gembira mirip dengan bintang yang terang. Fikiran yang marah seperti angin ribut. Fikiran yang jernih ibarat angin sepoi atau embun pagi yang sejuk. Fikiran yang penuh stres sama dengan matahari panas, atau kabut musim gugur yang kejam.
Akan tetapi, apapun cuacanya, langit tetap jernih berwarna biru. Betapa indah, jernih dan konrtibutifnya fikiran yang seperti langit. Dalam keadaan digoyang dan diguncang pertanyaan apapun, ketenangan dan kejernihan senantiasa hadir sebagai sahabat.

Kembali ke cerita awal tentang kepintaran, ia tidak selalu bisa mempertahankan birunya langit fikiran. Terkadang, malah menjadi musuh dan penghalang terciptanya 'langit biru' fikiran.
Saya tidak tahu, sampai tataran mana langit biru yang saya miliki. Karena tingkatan saya dinilai oleh orang lain. Namun, jutaan godaan emosi yang telah saya lewati. Tingginya gunung hinaan yang pernah ditujukan ke saya. Luasnya hamparan hujatan yang pernah saya lalui. Banyaknya kesulitan hidup yang pernah saya alami. Semua ini, dengan penuh rasa syukur telah berpengaruh amat besar terhadap kejernihan langit biru saya dalam bekerja.
Ada seorang MBA muda dari AS yang mengagumi cara saya menjawab pertanyaan. Ada orang tua yang terkejut ketika mengetahui umur saya sama dengan anak bungsunya. Ada pemilik perusahaan yang menyerahkan anak-anaknya untuk saya bimbing. Namun, tentu saja orang yang tidak senang, menghujat dan memusuhi saya juga masih ada.
Lepas dari semua ini, telah lama saya mendidik diri untuk tampil sama di depan orang yang memuji dan membenci. Mempertahankan kedekatan yang sama antara yang setuju dengan tidak setuju. Tersenyum, baik ketika mengalami suka maupun duka. Berusaha tenang, baik ketika sunyi maupun ramai.
Masih jauh dari sempurna tentunya. Namun, proses belajar terakhir memiliki kontribusi yang amat besar terhadap penciptaan langit biru fikiran.

Saya mengucapkan terimakasih ke Tuhan, ketika habis dimaki orang. Saya bergembira sekali, tatkala berhasil menaklukkan dorongan untuk lari dari masalah. Saya amat menikmati kesalahan yang timbul dari kebodohan dan ketidaktahuan. Sehabis dilecehkan orang, kerap saya mengucapkan terimakasih atas makiannya.
Semua ini saya lakukan dengan amat serius, karena ia tidak hanya memberi nilai tambah pada seluruh kepintaran yang saya miliki, tetapi juga amat berfaedah ketika kepintaran mulai tidak ada gunanya.

Kalau saya bukan manusia sekolahan Anda boleh curiga. Tetapi, sebagai orang yang pernah menjelajahi ilmu pengetahuan sampai tataran pilosopis, saya faham betul akan batas-batas pengetahuan.
Begitu sampai pada batas-batas terakhir, di sinilah birunya langit fikiran, menjadi sesuatu yang amat berharga.

PUISI

JERITAN HATI...

Angin pagi menyapaku
Seolah-olah berkata
Namun ku tak mengerti
Apa yang dikatakannya
Yang terdengar hanya
Maka
Di sisi ruang hampa itu
Dalam diamku
Hatiku pun berbisik
“Bingung” Desis-desis hampa
Kutanya pada pohon
Apa jawabannya
Yang ada hanya lambaian daun-daun
Dan gemerisik ranting berjatuhan
Kutanya pada air
Namun kutanya apa jawabnya
Yang terdengar hanya
Alunan air mengalir
Andai aku pahami
Jeritan-jeritan mereka selama ini
Mungkin kumengerti
Kepedihan yang selama ini terjadi

foto slide