BLOG ABDULLAH AKBAR
♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥♥♥ ABDULLAH AKBAR ♥♥♥~ஜ۩۞۩ஜ~♥

Pages

Powered By Blogger

Links

Manusia dengan kesibukannya....
Tak..tuk..tak..tuk.. derap langkah kaki para pegawai bank. Sedikit menghiasi suasana pagi hari. Sree..sree.. bunyi mesin penghitung uang. Senyum berkembang. Ada juga yang bersungut masygul tak jelas sebabnya. Hilir mudik seperti orang yang mencari pemberhentian. Bunyi dering telepon, deru keybroad computer. Semuanya menyatu dalam sebuah kesibukan. Biasa, hari ini hari senin. Semua orang, di hari ini pasti akan sibuk. Aku sendiri sibuk dengan menulis laporan dan sibuk duduk diatas sofa menunggu orderan tugas hari ini.

“tiket no 005 counter 2..” suara wanita yang tak pernah lelah memanggil nasabah satu persatu. Mungkin karena ia sudah begitu tugasnya. Lagi pula suara wanita itu hanya sebuah mesin penjawab. Lantas mengapa harus suara wanita yang terekam. Mengapa tidak suara anak kecil ataupun suara pria. Tidak ada capeknya. Memanggil pelan-pelan semua nasabah yang datang kemeja teller. Satu persatu nasabah datang menyambangi teller. Ada yang berwajah bingung, takut, cemas, marah, mungkin saja karena dia harus menarik uang yang telah lama ditabungnya. Ditarik sampai habis untuk mengurusi sesuatu hal karena sebuah sikapnya sendiri.

Ada pula, yang berdiri di depan teller dengan wajah penuh ceria, bangga, senang, dan bahagia. Bahkan sampai menahan haru. Seolah-olah begitu leganya karena berhasil menabung. Menyisihkan sebagian dananya lalu menyimpannya. Untuk masa depan yang lebih baik. Mungkin saja suatu hari nanti, dimana pada hari itu ia benar-benar membutuhkannya. Digunakan untuk sebuah keperluan yang akan melapangkan dirinya.

Mungkin, sejenak inilah penggambaran manusia dengan kesibukannya. Ada yang didalam kesibukannya dia malah menghabiskan semua pemasukannya. Ada yang ditengah kesibukannya ia berusaha sekuat mungkin untuk menabung dan menyimpan sesuatu. Dengan berbagai rasa bergelayut pada dirinya. Ada yang begitu tenggelam didalamnya. Mereka berenang melawan arus, mencari sebuah titik pemberhentian terakhir. Ada yang begitu sibuk menumpuk harta sehingga lupa beramal. Ada yang berusaha pelan-pelan mengumpulkan segala amal kebaikannya. Sehingga ia bisa tersenyum diakhir cerita.

Tanpa pernah bisa disadari, seringnya khilaf yang terjadi membuatnya menjadi rugi. Seperti uang yang disimpan bertahun-tahun harus hilang tak bersisa untuk sebuah konsekuensi dari tindak tanduk sikap. Semakin banyak khilaf, semakin banyak yang ditarik. Ludes. Jika khilaf ibarat kata adalah sebuah kesalahan dalam diri. Maka uang diibaratkan menjadi sebagai buah dari sebuah kebaikan. Semakin banyak kebaikan dan amal maka semakin banyak “uang” yang terkumpulkan. Maka, bisa jadi, sebuah sikap atas sebuah keadaan bisa menghabiskan semua simpanan uang yang ada. Ludes tak bersisa. Sia-sia. Atau malah sebaliknya. Tatkala pelan-pelan berusaha mengumpulkannya. Berjuang menahan sedikit hawa nafsu. Menahan emosi dalam hati dan diri. Hingga akhirnya tersimpanlah uang itu untuk sebuah masa depan yang lebih baik.

Seringnya diri ini lupa, bahwa amal baik bisa luntur oleh keburukan. Keburukanpun demikian. Luntur seiring beramal baik dan berkelakuan baik. Keburukan yang melunturkan kebaikan, ibarat kata kita menarik uang untuk berfoya-foya. Tak akan ada lagi yang bisa diandalkan jika suatu hari diri sendiri sakit keras. Atau ada saudara yang membutuhkan bantuan. Semuanya sudah habis tak bersisa juga sia-sia. Keburukan yang gugur perlahan dengan segala kebaikan amal dan sikap. Berbuah manis disuatu hari. Suatu hari tatkala ingin merenovasi rumah, memasukkan anak kedalam pesantren ternama. Atau malah ingin naik haji dengan kekasih tercinta. Indahnya. Ini semua tentu saja tak mudah. Ada pengorbanan. Ada budget yang harus dicontrol, ada emosi yang harus dimanage, ada hawa nafsu yang harus diredakan. Ada pula sampai pada rasa percaya dalam mengelolanya sampai akhirnya kebaikan dan keindahan itu di dapat dan diraih.

Merugilah diri ini, tatkala keburukan berbuah keburukan serta meluluhkan semua kebaikan. Menghilangkan satu persatu amal baik yang bisa mengantarkan sebuah keindahan yang nyata. Kepada Tuhan Yang Maha Indah. Sungguh, beruntunglah mereka yang berguguran keburukannya dengan amal baik yang dilakukannya. Menabungnya pelan-pelan. Hingga akhirnya keluar sebagai seorang yang kaya. Dunia dan akhirat. Wallahu`alam.
1 Response

Posting Komentar

PUISI

JERITAN HATI...

Angin pagi menyapaku
Seolah-olah berkata
Namun ku tak mengerti
Apa yang dikatakannya
Yang terdengar hanya
Maka
Di sisi ruang hampa itu
Dalam diamku
Hatiku pun berbisik
“Bingung” Desis-desis hampa
Kutanya pada pohon
Apa jawabannya
Yang ada hanya lambaian daun-daun
Dan gemerisik ranting berjatuhan
Kutanya pada air
Namun kutanya apa jawabnya
Yang terdengar hanya
Alunan air mengalir
Andai aku pahami
Jeritan-jeritan mereka selama ini
Mungkin kumengerti
Kepedihan yang selama ini terjadi

foto slide